Pesona Wisata Pulau Gili Labak Sumenep – Madura

Pesona Wisata Pulau Gili Labak Sumenep – Madura memang sudah dikenal sebelum ada niatan untuk melakukan pariwisata ke sana, mulai dari mendengar informasi dari teman-teman yang berasal dari Pulau Madura juga hingga mencari sendiri sumber referensi dari si Mbah. Namun baru bisa terlaksana setelah ada perbincangan dengan beberapa teman Blogger Madura dan juga dari teman-teman Songennep Tempo Doeloe yang sebelumnya membicarakan event setelah ke Pulau Gili Iyang kemarin.

Pulau Gili Labak

Wisata Pulau Gili Labak | Sumenep - Madura

Wisata Pulau Gili Labak | Sumenep - Madura

Pulau Gili Labak dikenal dengan sebuah pulau yang memiliki pasir putih dengan air laut yang sangat jernih. Berbeda dengan Pulau Gili Iyang, Gili Iyang memiliki kadar Oksigen tertinggi di Dunia. Selain itu, juga memiliki Gua Air yang terletak di desa Bancamara Gili Iyang. Nah dari beberapa Informasi tersebutlah, akhirnya diputuskan untuk mengunjungi atau berwisata ke Pulau Gili Labak. Pulau yang memiliki banyak kelebihan dan juga memiliki keindahan alam yang tidak kalah dengan tempat-tempat lainnya di Indonesia ini.

Couch Surfing Indonesia

Nah pada malam sebelumnya, kami para Blogger Madura yang berada di Basecamp Songennep Tempo Doeloe menunggu kedatangan teman-teman dari Couch Surfing Indonesia. Dan kebetulan, klebun/ketua dari Songennep Tempo Doeloe juga merupakan anggota dari Couch Surfing Indonesia. Teman-teman dari Couch Surfing Indonesia yang kami tunggu berasal dari beberapa daerah yang berbeda, salah satunya adalah Surabaya dan juga Malang. Teman Couch Surfing yang akan ikut ke Pulau Gili Labak berjumlah 8 orang (Cewek 4 dan Cowok 4). Untuk nama jangan ditanya karena aku orangnya cepat lupa kalo masalah nama-nama. Hehe 😀

Mereka berangkat dari Surabaya sekitar jam 20.30 WIB, sembari menunggu mereka sampai di Sumenep. Aku dan beberapa teman ngobrol santai di ruang tamu untuk membicarakan beberapa persiapan untuk berwisata ke Pulau Gili Labak. Mulai dari rute, biaya, hingga pesona alam apa saja yang terdapat di Pulau Gili Labak. Eitsss perlu diketahui sebelumnya, gak ada niatan untuk mengulang kata Pulau. Maksudnya? Oke arti kata dari Gili kan sebenarnya adalah Pulau, jadi Gili Labak itu adalah Pulau Labak. Namun Masyarakat sekitar menyebutnya dengan sebutan Pulau Gili Labak. Jadi ikutan deh bilang Pulau Gili Labak, dan ini memang lebih cocok dan lebih keren.

Di Madura sendiri meskipun terdapat banyak pulau kecil, namun hanya ada 4 Pulau yang penyebutannya dimulai dengan kata Gili, pulau-pulau tersebut adalah Pulau Gili Labak, Gili Iyang, Gili Genteng, dan Gili Raja. Dari keempat pulau tersebut, sudah dua pulau yang kukunjungi. Mulai dari Pulau Gili Labak hingga Gili Iyang, untuk pulau-pulau lainnya menyusul sajalah. Semua bisa diatur asal ada niatan dan juga fulus. Hahaha 😀

Setelah lama berbincang-bincang, akhirnya beberapa teman memutuskan untuk beristirahat. Dan hanya sebagian saja yang masih Onfire menunggu kedatangan dari teman-teman Couch Surfing (CS) Surabaya dan Malang. Selang beberapa saat kemudian, tepatnya jam 02.00 WIB rombonganpun tiba dengan menggunakan satu unit mobil (Merk disamarkan) hahaha. Kamipun semua berkenalan dan tentunya ngobrol sejenak, karena setelah itu kami harus beristirahat agar keesokan harinya bisa bangun pagi.

Pelabuhan Kalianget Sumenep – Madura

Pagi haripun menjelang, dan semua masih kumu-kumus karena belum ada yang mandi. (sebenarnya ada sih contohnya aku, karena tidak mau dibilang sombong jadi gak tak beri tau) hehehe. Persiapan kami sudah dimatangkan, mulai dari lahir hingga batin, makanan hingga minuman, pakaian dalam hingga pakaian luar, snorkle hingga plastik basah buat pakaian kotor nantinya. Sungguh kompleks banget kan persiapan yang telah kami lakukan selama belum berangkat menuju ke Pelabuhan Kalianget.

Berada di Pelabuhan Kalianget Menuju ke Perahu

Berada di Pelabuhan Kalianget Menuju ke Perahu

Sudah Berada di Atas Perahu dan Siap Berangkat

Sudah Berada di Atas Perahu dan Siap Berangkat

Setelah segala persiapan selesai, kami semua sekitar 16 orang berangkat menuju ke Pelabuhan utama Kalianget Sumenep Madura. Terdapat dua rombongan, untuk rombongan yang pertama menggunakan Mobil (berjumlah 8 orang) dan sisanya menggunakan motor (yakni 8 orang juga). Perjalanan dari Sumenep Kota menuju ke Pelabuhan Kalianget sekitar 30 menit perjalanan, dan mungkin kurang dari itu. Sesampainya di Pelabuhan utama Kalianget, kami tidak bisa langsung menyeberang menuju ke Pulau Gili Labak melalui pelabuhan tersebut. Kami harus pindah ke pelabuhan yang lebih kecil lagi dan mungkin bisa dikatakan pelabuhan alternatif, dikarenakan perahu yang akan kami tumpangi ada di pelabuhan satunya itu.

Trip ke Pulau Gili Labak

Kami berangkat menuju ke Pulau Gili Labak dari pelabuhan alternatif di Kalianget dengan dinahkodai satu orang anak buah perahu dan satu orang lagi kapten kapal (kayak bajak laut aja ya). Keceriaan dan kesenangan mulai tampak dari wajah teman-teman, mulai pada saat berangkat maupun dalam perjalanan. Namun ketika dalam perjalanan, ada dua orang yang mabuk laut. Alasannya karena terlalu banyak Polisi Tidur di sana. Sekitar 2,5 jam perjalanan laut kami tempuh, berharap cepat sampai di pulau yang kami tuju yakni Pulau Gili Labak. Namun nampak dari kejauhan sebuah pulau kecil yang memiliki Pasir berwarna putih, dan ternyata itu adalah Pulau Gili Labak. Pulau yang menjadi tujuan kami semua untuk berwisata dan menggali potensi yang ada di sana.

Perjalanan Menuju Pulau Gili Labak Sambil Bermain Air Laut

Perjalanan Menuju Pulau Gili Labak Sambil Bermain Air Laut

Setelah Menempuh Perjalanan Selama 2 Jam Akhirnya Terlihat Juga

Setelah Menempuh Perjalanan Selama 2 Jam Akhirnya Terlihat Juga

Sesampainya di Pulau Gili Labak, kami tak langsung Snorkling. Namun masih turun dari perahu (hahaha iya donk) dan juga sedikit foto-foto plus menuju ke tempat yang agak teduh untuk menikmati menu makan pagi yang terpaksa dimakan waktu siang hari. Ditempat inilah semua beristirahat sejenak, dan ditempat inilah kami mulai saling mengakrabkan diri satu dengan yang lainnya. Dikarenakan kami memang belum pernah bertemu sebelumnya, ya hanya sebagian saja sih yang sudah dikenal.

Tiba di Pulau Gili Labak

Tiba di Pulau Gili Labak

Susah Mencari Pepohonan yang Rindang

Susah Mencari Pepohonan yang Rindang

Beristirahat Sejenak Sambil Makan Siang di Pepohonan yang Rindang

Beristirahat Sejenak Sambil Makan Siang di Pepohonan yang Rindang

Wisata Pantai di Pulau Gili Labak

Selesai beristirahat, kamipun melanjutkan perjalanan wisata kami untuk berkeliling di pinggir pantai dari Pulau Gili Labak. Dan subhanallah sungguh luar biasa segala ciptaanmu ya Allah, Engkau memang Yang Maha Menciptakan, Maha Indah, dan Maha segalanya. Terdiam sesaat menikmati indahnya alam yang dilukiskan-Nya tepat didepan kedua mataku, tak ada kata yang terucap selain Subhanallah. Baru pertama ini menikmati keindahan alam Madura seperti ini, karena sebelum-sebelumnya hanya bisa menyaksikan di layar televisi. Dan itupun bukan wilayah sendiri, melainkan diluar Pulau dan terkadang di luar Negeri.

Menelusuri Bibir Pantai di Pulau Gili Labak

Menelusuri Bibir Pantai di Pulau Gili Labak

Pasir yang Putih dan Air Laut yang Jernih sangat Pas untuk Background Foto

Pasir yang Putih dan Air Laut yang Jernih sangat Pas untuk Background Foto

Betapa Senangnya mereka ketika Berwisata ke Pulau Ini

Betapa Senangnya mereka ketika Berwisata ke Pulau Ini

Foto Bersama di Pepohonan yang Sudah Tumbang

Foto Bersama di Pepohonan yang Sudah Tumbang

Spot Foto di Pulau Gili Labak

Banyak spot foto yang terdapat di Pulau Gili Labak, mulai dari lautnya, pantainya, pohon-pohonnya, karangnya, perahu nelayan, batang pohon yang sudah kering, dan masih banyak spot serta objek foto lainnya yang bisa diabadikan ketika berada di pulau yang berada di sebelah timu Kabupaten Sumenep ini, ya tepatnya di Pulau Gili Labak. Jadi gak ada kata menyesal apabila berkunjung ke Pulau dengan sejuta keindahan ini, paling ya menyesal kalo gak bawa kamera ke sana. Hahaha 😀

Salah Satu Spot Foto yang bagus adalah Perahu ditambah Objek Manusia

Salah Satu Spot Foto yang bagus adalah Perahu ditambah Objek Manusia

Ibu-ibu Nelayan sedang Membersihkan Perahunya

Ibu-ibu Nelayan sedang Membersihkan Perahunya

Perahu yang sedang Sandar di Bibir Pantai

Perahu yang sedang Sandar di Bibir Pantai

Masih Ngantri di Pinggir Pantai

Masih Ngantri di Pinggir Pantai

Berat Sebelah hehe

Berat Sebelah hehe

Sendirian

Sendirian

Foto Potrait Juga Seru

Foto Potrait Juga Seru

Kamera menjadi bagian terpenting apabila berkunjung ke Pulau Gili Labak ini, karena dengan kameralah kita bisa mengabadikan moment ketika berada di sana. Dan selain itu, kita bisa mempromosikan kepada publik kalo ternyata di Madura tuh ada pulau yang tidak kalah bagus dengan pulau-pulau lainnya, baik yang terdapat di dalam maupun di luar Negeri. Pasti pada mupeng melihat foto-fotonya kan? Tenang masih ada lagi kok, stok masih banyak.

Foto Pantai dengan Menggunakan Frame Batang Kayu juga Epic Banget

Foto Pantai dengan Menggunakan Frame Batang Kayu juga Epic Banget

Memanfaatkan Objek Sekitar untuk Mendapatkan Foto yang Epic

Memanfaatkan Objek Sekitar untuk Mendapatkan Foto yang Epic

Banyaknya Akar dari Pepohonan yang Kering sangat Membantu Menghasilkan Foto Epic

Banyaknya Akar dari Pepohonan yang Kering sangat Membantu Menghasilkan Foto Epic

Bisa saja hanya Memanfaatkan Pepohonan yang masih Hidup

Bisa saja hanya Memanfaatkan Pepohonan yang masih Hidup

Sekalian Motret Agak ke Tengah Agar Mendapatkan Pemandangan Air Laut yang Lebih Luas

Sekalian Motret Agak ke Tengah Agar Mendapatkan Pemandangan Air Laut yang Lebih Luas

Hanya Memanfaatkan Akar Kayu yang Tumbang

Hanya Memanfaatkan Akar Kayu yang Tumbang

Lebih Menonjolkan Pada Kayu Kering

Lebih Menonjolkan Pada Kayu Kering

Selain hanya mengambil gambar atau foto pemandangan saja, juga bisa dibubuhkan dengan objek Manusia yang semakin membuat foto lebih hidup dan terutama bisa menampilkan objek alami dari Manusia dan Alam. Hal ini bisa lebih mempermanis foto yang diambil ketika berada di sebuah Pantai. Contohnya seperti di bawah ini:

Ngadem dibawah Pohon yang sudah Tumbang

Ngadem dibawah Pohon yang sudah Tumbang

Seakan Menoleh ke Arah Kita

Seakan Menoleh ke Arah Kita

Berteduh dengan Membentangkan Kain Sebagai Penutup dari Panas Matahari

Berteduh dengan Membentangkan Kain Sebagai Penutup dari Panas Matahari

Ekspresi diantara Kayu yang Tumbang

Ekspresi diantara Kayu yang Tumbang

Bisa juga dengan Meletakkan Kamera pada Tripod dan di Timer

Bisa juga dengan Meletakkan Kamera pada Tripod dan di Timer

Pantai memiliki banyak objek yang bisa diabadikan, misalnya saja ya Karang, Kayu, Pepohonan Tumbang, Akar yang Tua, dan masih banyak objek lain lagi yang bisa diabadikan. Keberadaan mereka tuh seakan kewajiban mereka untuk menghiasi daerah pantai, jadi rugi banget apabila tidak bisa mendapatkan gambar atau foto dari mereka semua. Tentunya aku tidak ingin meninggalkan mereka begitu saja di sana, seperti inilah penampakan mereka semua.

Akar yang Menjulang Membuat Pemandangan Semakin Epic

Akar yang Menjulang Membuat Pemandangan Semakin Epic

Pohon yang Tumbang Bagus untuk diabadikan juga

Pohon yang Tumbang Bagus untuk diabadikan juga

Ini Rumput atau Bulu Babi, yang Jelas Objek ini Juga Epic

Ini Rumput atau Bulu Babi, yang Jelas Objek ini Juga Epic

Kerang yang berada di Pinggir Pantai juga Epic

Kerang yang berada di Pinggir Pantai juga Epic

Ini juga Kerang yang Lebih Putih dan Bersih

Ini juga Kerang yang Lebih Putih dan Bersih

Kerang yang ditinggalkan Pemiliknya

Kerang yang ditinggalkan Pemiliknya

Rumput Laut juga Epic

Rumput Laut juga Epic

Batang Pohon yang Sudah Lapuk

Batang Pohon yang Sudah Lapuk

Penyangga Perahu yang Epic

Penyangga Perahu yang Epic

Perangkap Kepiting

Perangkap Kepiting

Tumpukan Kayu Kering

Tumpukan Kayu Kering

Sudah saatnya dimuseumkan

Sudah saatnya dimuseumkan

Motret ngasal juga bisa

Motret ngasal juga bisa

Snorkling di Pantai Gili Labak

Tak cukup berwisata mengelilingi Pulau Gili labak saja, namun disempatkan untuk merubah warna kulit agar lebih kecoklatan dan bahkan kehitaman. Selanjutnya adalah Snorkling, atau menyelam sambil melihat karang-karang yang ada dibawah laut. Snorkling sangat cocok dilakukan di Pulau Gili Labak ini, karena aliran ombaknya yang tidak begitu besar. Serta air lautnya yang jernih banget, dan terumbu karang yang masih banyak terdapat di pinggiran pantai. Semakin ke tengah, maka akan semakin banyak pula kita menemukan terumbu karang dan ikan-ikan yang sangat bagus. Sebenarnya ada penyesalan yang sangat mendalam sih pada waktu itu dan hingga sekarang, kenapa coba gak ada yang bawa Kamera Under Water (UW)??? 😦

Air yang Jernih sangat Epic untuk Snorkling

Air yang Jernih sangat Epic untuk Snorkling

Bisa Snorkling hingga ke Tengah, Semakin ke Tengah Semakin Banyak Terumbu Karang

Bisa Snorkling hingga ke Tengah, Semakin ke Tengah Semakin Banyak Terumbu Karang

Sangat Jernih Air Lautnya

Sangat Jernih Air Lautnya

Jangan Lupa Membawa Krim Anti Matahari atau SunBlock

Jangan Lupa Membawa Krim Anti Matahari atau SunBlock

Terlihat di Kejauhan teman-teman Couch Surfing Indonesia masih Snorkling

Terlihat di Kejauhan teman-teman Couch Surfing Indonesia masih Snorkling

Berenang di Pinggir Pantai tidak Membuat Kaki terluka

Berenang di Pinggir Pantai tidak Membuat Kaki terluka

Bersantai Menikmati Deburan Ombak dan Hembusan Angin Laut

Bersantai Menikmati Deburan Ombak dan Hembusan Angin Laut

Mendekati Ranting Pepohonan yang Tumbang

Mendekati Ranting Pepohonan yang Tumbang

Melompat Kegirangan atau Menari Kecak

Melompat Kegirangan atau Menari Kecak

Puas bermain-main dengan terumbu karang, ikan, dan juga air laut yang ada di sana. Kami semua kembali ke atas perahu yang akan membawa kami kembali menuju ke Pelabuhan Kalianget Sumenep Madura. Sebagian dari kami ada yang sudah ganti baju dan bahkan ada yang belum ganti baju, katanya sih mau ganti baju setelah sampai di Pelabuhan Kalianget. (Mikirku gini, apakah anu mereka gak kedinginan dan gak keriput ya) 😀

Menikmati Perjalanan Pulang dengan Beristirahat di Pinggir Perahu

Menikmati Perjalanan Pulang dengan Beristirahat di Pinggir Perahu

Perjalanan pulang lebih cepat daripada perjalanan disaat akan menuju ke Pulau Gili Labak, ya ini karena faktor cuaca juga yang mendukung. Pas berangkat tuh terasa lama karena angin berhembus dari depan kami, sedangkan pada saat pulang angin berhembus dari belakang kami. Jadi itulah kenapa perjalanan pulang lebih cepat daripada berangkat menuju ke Pulau Gili Labak.

Kurang Sedikit Lagi maka Akan Menikmati Matahari Terbenam

Kurang Sedikit Lagi maka Akan Menikmati Matahari Terbenam

Ayo Berwisata kePulau Gili Labak

Bagaimana setelah melihat foto-foto yang ada di atas? Pasti sangat tertarik ya untuk mengunjungi Pulau Gili Labak yang terletak di sebelah timur Kabupaten Sumenep Madura ini. Dan apabila kurang puas dengan foto-foto yang ada di atas, silahkan disimak baik-baik video mengenai perjalanan kami kemarin menuju ke Pulau Gili Labak.

[kml_flashembed movie=”http://www.youtube.com/v/C57pa-hqJGM” width=”500″ height=”375″ wmode=”transparent” /]

Silahakan kalian boleh mengunduh atau mendownload video ini, disebarluaskanpun juga tidak apa-apa. Bantu menunjukkan kepada dunia bahwasanya Madura memiliki tempat seindah dan sebagus ini.

Apabila ada yang ingin bertanya-tanya silahkan langsung menghubungi contact person yang telah tersedia di sini “SlameTux” atau juga bisa mengunjungi “http://about.me/SlameTux“.

Dan bagi teman-teman yang ingin berwisata ke Pulau Gili Labak, jangan lupa untuk tidak membuang sampah sembarangan di sana atau membawa sampah ke sana (kecuali sih sampah dari perut). Terlebih lagi kalau dengan sukarela untuk membersihkan sampah yang ada di sana, karena siapa lagi yang akan peduli dengan lingkungan sekitar kita kalo bukan diri kita sendiri.

Terima Kasih ya sob, sudah melihat foto-foto dan video yang ada di artikel ini. Syukur-syukur membaca tulisanku ini, dan terlebih membagikannya kepada orang lain.

Info dan Tips:

  • Untuk harga sewa satu perahu Rp. 500.000,- / hari.
  • Untuk biaya parkir Mobil dan Motor pada waktu itu Gratis.
  • Sebaiknya tawar-menawar terlebih dahulu dengan bapak pemilik perahu.
  • Satu perahu bisa memuat orang antara 15 – 20 orang.
  • Lebih banyak orang, lebih baik karena urunan lebih murah. Namun apabila kalian Horang Kayah, cukup satu atau dua orang saja. (HoneyMoon).
  • Lebih enak lagi kalo naik Mobil atau Motor sendiri, dan tentunya bisa memiliki kenalan orang Sumenep.
  • Di Pulau Gili Labak tidak ada yang jualan apapun itu, jadi persiapkan mulai dari sebelum keberangkatan.
  • Membawa alat renang sendiri, mulai dari pakaian renang hingga snorkle untuk snorkling di sana.
  • Membawa kamera UW (Under Water) dan SunBlock.
  • Kalo dari arah Surabaya mending naik bus dari Terminal Bungurasih menuju ke Terminal Sumenep, kemudian dari Terminal Sumenep naik angkutan umum ke Pelabuhan Kalianget.

(BUKAN PROMOSI HANYA INFORMASI)

Nah bagi yang lupa atau bahkan tidak memiliki alat Snorkling atau peralatan renang lainnya bisa langsung membeli di sini, katanya sih murah-murah:

“Toko Istana Sport atau Nirwana Sport di Sumenep – Madura”

Tradisi Upacara Adat Nyadar di Desa Pinggirpapas Sumenep – Madura

Tradisi Upacara Adat Nyadar di Desa Pinggirpapas Sumenep – Madura | Madura memiliki banyak tradisi upacara adat yang sampai saat ini masih tetap dilestarikan dan dilaksanakan, salah satunya adalah tradisi upacara adat Nyadar di Desa Pinggirpapas dan Saronggi (Sumenep – Madura) khususnya Kebundadap. Teman-teman blogger ingin mencari informasi lebih dalam mengenai upacara adat tersebut, dengan cara mendatangi langsung tempat tersebut.

Beruntung kami memiliki teman yang berada di Sumenep, tepatnya teman-teman dari Songennep Tempo Doeloe. Siapa lagi kalo bukan Mas Wiwid dan Mbak Ulfa, dan ada lagi teman-teman yang lainnya. Misalnya saja ahli sejarah dan budaya dari Kediri yang saat ini masih berada di Sumenep, yakni Mas Novi. Ada juga yang menjadi guru Kepaulaun di Sumenep, yakni Mas Khairil. Dan yang terakhir ada mas Dedy yang memiliki Kedai Koffee Kita. Bagaimana, keren-keren kan teman yang kami miliki?

Sesampainya di Kota Sumenep, aku dan Raden dijemput oleh Mas Wiwid dan Mbak Ulfa di samping pos polisi. Perjalanan dilanjut ke sebuah warung makan yang letaknya tidak jauh dari rumah Mas Wiwid.

Makan lalapan bersama Mas Wiwid dan Mbak Ulfa

Makan lalapan bersama Mas Wiwid dan Mbak Ulfa

Selesai makan, kami langsung capcus menuju ke rumah Mas Wiwid, di sana kami ngobrol santai mengenai tradisi upacara adat Nyadar di Desa Pinggirpapas dan Saronggi. Katanya sih untuk tradisi upacara adat Nyadar di Desa Pinggirpapas dan Saronggi diadakan mulai dari hari Jum’at hingga sabtu (18 – 19 Oktober 2013), katanya sih pelaksanaannya memang pada tanggal segitu. Lama ngobrol, akhirnya sekitar jam 1 pagi baru bisa terlelap.

Hunting CAMPOR

Paginyapun kami langsung mencari makanan khas kabupaten Sumenep, yang jelas tuh harganya Murah, menu Banyak, makanannya Enak, dan yang khas Kota Sumenep. Akhirnya diajaklah ke sebuah tempat (gak tau nama desanya), yang pasti perjalanan motor dari tempat kita menginap ke warung tersebut sekitar 15 menit. Ingin tau seperti apa yang dimaksud CAMPOR? Tara seperti inilah yang namanya Campor.

Campor - Makanan khas kota Sumenep

Campor - Makanan khas kota Sumenep

Campor merupakan gabungan dari berbagai macam menu yang dijadikan satu. Campor terdiri dari Lontong, Toge, Soto Daging, Bawang Goreng, dan uniknya lagi tak sekedar itu saja akan tetapi ada sedikit kelebihannya, yakni campuran Bumbu Kacang yang semakin meningkatkan kolesterol eh maksudku semakin sedap, renyah dan gurih. hahaha

Upacara Adat Nyadar – Pinggirpapas & Saronggi

Selesai melahap semua, kembali ke penginapan untuk istirahat sejenak dan kemudian dilanjutkan menuju ke tempat Tradisi Upacara Adat Nyadar di Desa Pinggirpapas Sumenep – Madura

Membawa Jajanan dan Makanan saat Tradisi Upacara Adat Nyadar di Desa Pinggirpapas

Membawa Jajanan dan Makanan saat Tradisi Upacara Adat Nyadar

Sesampainya di Kebundadap (Saronggi), kami dikejutkan oleh pernyataan warga di sekitar. Ternyata tradisi upacara adat Nyadar di Desa Pinggirpapas dan Saronggi telah dilaksanakan pada bulan lalu, bulan Agustus dan September. Tradisi nyadar merupakan salah satu bentuk penghormatan masyarakat desa Pinggirpapas dan Saronggi (khususnya Kebundadap) terhadap leluhurnya yang telah banyak berjasa memberikan pengetahuan mengenai tatacara pembuatan garam dan memberi jalan hidup. Asal usul tradisi nyadar sebagai upaya penghormatan kepada leluhur.

Tak menyerah disitu saja, akhirnya kami melanjutkan perjalanan ke tempat yang biasanya dipakai untuk acara tradisi upacara adat Nyadar. Sesampainya di sana, kami berbincang-bincang dengan warga sekitar yang berada di sana. Ada beberapa keunikan upacara nyadar, yang terletak pada upacara dan proses upacara. Mulai dari semua makanan yang dimasak oleh para Bapak-bapak / Laki-laki, dan untuk Ibu-ibu / Perempuan hanya penataannya saja.

Tradisi upacara adat Nyadar di Desa Pinggirpapas dan Saronggi ini terdapat tiga pelaksanannya. Nyadar yang pertama dan kedua dilakukan di sekitar asta Syeh Anggasuto, Syeh Kabasa, Syeh Dukun, dan Syeh Bangsa yang ada di Desa Kebundadap Barat, pada Nyadar ketiga dilakukan di desa Pinggir Papas Konon hal ini juga berangkat dari nadar Syeh Dukun, yang juga ingin melakukan syukur tetapi hanya di lingkungan rumahnya (dalam Bahasa Madura disebut bengko) atau diantara keluarganya sendiri.

Namun demikian ada yang khas dari pelekasanaan Nyadar ketiga ini. pada malam harinya biasanya diikuti dengan kesenian mocopat atau membaca layang. Dimana tulisannya masih menggunakan tulisan Jawa kuno dengan media daun lontar. Dan ada tukang Teghes di dalamnya, yakni yang menjelaskan jalan cerita yang disampaikan oleh yang membaca tembang tersebut. Biasanya Macopat atau layang ini diadakan semalam suntuk.

Pada saat kesana, yang kami temui hanya warga yang melaksanakan Nyadar Bengkoan. Nyadar Bengkoan ini hanya dihadiri oleh keluarga terdekat dari para leluhur, bukan dari seluruh desa. Berbeda dengan Nyadar Kenik dan Nyadar Raja (Nyadar Kecil dan Nyadar Besar), yang dihadiri oleh berbagai desa dan bahkan kabupaten lainnya ikut merayakan tradisi upacara adat Nyadar di Desa Pinggirpapas dan Saronggi (Kebundadap).

Area Tradisi Upacara Adat Nyadar di Desa Pinggirpapas Sumenep - Madura

Area Tradisi Upacara Adat Nyadar di Desa Pinggirpapas Sumenep - Madura

Nyadar Bengkoan atau Rumahan

Nyadar Bengkoan atau Rumahan

Mendengar cerita dari teman-teman Songennep Tempo Doeloe bahwasanya kita tidak bisa mengambil gambar benda pusaka yang ada pada saat tradisi upacara adat Nyadar di Desa Pinggirpapas dan Saronggi dilaksanakan. Pernah kejadian, salah seorang rekan dari Songennep Tempo Doeloe ingin mengabadikan moment yang pada saat benda pusaka berada di depan Juru Kunci Pusaka tersebut. Namun apa yang terjadi, ternyata ketika di foto diam-diam tidak tampak benda pusaka tersebut. Yang kelihatan hanyalah orang yang ada di sekitarnya, untuk benda pusaka tidak dapat diambil gambarnya.

Hal itu terjadi karena sebelumnya tidak pamit atau tidak ijin kepada Juru Kunci Benda Pusaka tersebut, alasan tidak ijin karena memang tidak diperbolehkan untuk mengabadikan moment benda pusaka tersebut. Puas dengan hasil reportase di sana, kamipun balik ke tempat penginapan dan beristirahat guna memulai aktivitas selanjutnya.

Wisata ke Tempat Bersejarah di Sumenep – Madura [Trip Hari 3]

Kisah perjalanan selama tiga hari di Sumenep berakhir ketika berwisata ke tempat bersejarah yang ada di kabupaten Sumenep. Pertama Wisata Malam Kota Sumenep dan dilanjutkan lagi hari berikutnya, yakni trip kedua adalah Wisata ke Pulau Gili Iyang. Trip terakhir di Kabupaten Sumenep adalah Wisata ke Tempat Bersejarah di Sumenep.

Berawal dari pagi hari yang sejuk di hari minggu (13/12/2013) di rumah Agung, kami semua berencana akan berwisata ke kota Tua di Kalianget – Sumenep bersama dengan teman-teman Songennep Tempo Doeloe. Namun sebelumnya kami tidak langsung menuju ke lokasi, melain masih jalan-jalan di Taman Adipura Kota Sumenep atau yang lebih dikenal dengan sebutan Taman Bunga.

Tugu Taman Adipura Kota Sumenep

Tugu Taman Adipura Kota Sumenep

Uniknya lagi di kompleks Taman Bunga, ada yang namanya Pasar Minggu. Jadi sebenarnya bentuknya bukan seperti pasar, melainkan stan-stan ukm yang menjual barang produksinya. Letak dari para pedagan tersebut berada di sebelah timur Taman Bunga, tepatnya di sepanjang jalan menuju Museum dan Kraton Sumenep. Banyak pedang yang melimpah ruah di sana, itulah yang membuat taman bunga ramai dikunjungi para pemuda dan pemudi kota Sumenep.

Masjid Jami’ (Masjid Agung) Sumenep

Kami semua hanya sebentar berada di Taman Bunga, karena setelah itu langsung menuju ke depan Masjid Agung / Jami’ kota Sumenep untuk sekedar foto-foto dan sedikit mengenal sejarah di sekitarnya.

Depan Pintu Gerbang Masjid Agung Sumenep (Kayak Pandwa Lima)

Depan Pintu Gerbang Masjid Agung Sumenep (Kayak Pandwa Lima)

Berada di Tembok Masjid Agung Sumenep

Berada di Tembok Masjid Agung Sumenep

Perjalanan kamu lanjutkan ke kedai kopi yang ada di belakang Masjid Agung Kota Sumenep. Kami semua menikmati kopi dan teh yang dibuat oleh ibu penjualnya.

Pangeran Lor dan Wetan

Asta Karang Sabu - Pemakaman Pangerang Lor dan Wetan (Serasa jadi Pangeran)

Asta Karang Sabu - Pemakaman Pangeran Lor dan Pangeran Wetan (Serasa jadi Pangeran)

Aku dan Agung-pun tak lama berada di sana, karena kami berdua mau melakukan ekspedisi ke Asta Karang Sabu. Asta Karang Sabu merupakan kompleks pemakaman dari Pangeran Lor dan Wetan (saudara kembar). Di tempat tersebut, kami melakukan liputan yang menambah wawasanku terhadap tempat tersebut dan kisah dari pangeran kembar tersebut.

Kota Tua Kalianget – Sumenep

Teman-teman Blogger Madura dan Songennep Tempo Doeloe

Teman-teman Blogger Madura dan Songennep Tempo Doeloe

Langkah kami tidak hanya berhenti di tempat itu saja, perjalanan kami dilanjutkan kembali ke Taman Bunga. Karena teman-teman Blogger Madura sudah janjian dengan teman-teman Songennep Tempo Doeloe akan ketemuan di Taman Bunga untuk melakukan perjalanan ke Kota Tua Kalianget – Sumenep.

Selang beberapa saat kemudian, teman-teman sudah berkumpul semua dan siap untuk menuju ke Kota Tua yang ada di Kalianget – Sumenep. Perjalanan kurang lebih memakan waktu 30 -40 menit menuju ke sana.

Kolam Belanda

Kolam Renang Belanda

Kolam Renang Belanda

Trip pertama kami setelah sampai di Kota Tua Kalianget adalah menuju ke kolam renang belanda yang ada pas di depan PT. GARAM (Persero). Dari tempat tersebut memang sudah tidak digunakan lagi sebagai tempat mandi, namun itu bisa menjadi aset yang bagus bagi pemerintah daerah untuk bisa dijadikan tempat pariwisata.

Area Tempat Hiburan orang-orang Belanda

Area Tempat Hiburan orang-orang Belanda

Sebelah barat kolam terdapat tempat hiburan pada jaman Belanda, tepatnya di sebelah barat dari kolam renang tersebut ada sebuah tempat yang katanya sih itu adalah tempat untuk bermain bilyard. Namun lagi-lagi karena tidak terurusnya tempat tersebut, maka dibiarkan begitu saja dan tidak terawat samasekali.

Pabrik Garam

PT. GARAM (Persero) - Naik Kereta Api Tuuuttt Tuuuttt Tuuuttt...

PT. GARAM (Persero) - Naik Kereta Api Tuuuttt Tuuuttt Tuuuttt...

Kota Tua Kalianget – Sumenep dahulunya merupakan kompleks perumahan dan industri para orang-orang Belanda. Untuk tambak garam dan pabrik garam memang semuanya berada di sana. Sehingga mempermudah para pemerintahan Belanda saat itu dalam mengawasi para pekerja di pabrik Garam.

Pembangkit Listrik pertama di Madura

Gedung Pembangkit Listrik Pertama di Madura (dilihat dari depan & samping)

Gedung Pembangkit Listrik Pertama di Madura (tampak depan & samping)

Gedung Pembangkit Listrik Pertama di Madura (Tampak Depan)

Gedung Pembangkit Listrik Pertama di Madura (Tampak Depan)

Gedung Pembangkit Listrik Pertama di Madura (Tampak Dalam) mesinnyapun sudah tidak ada

Gedung Pembangkit Listrik Pertama di Madura (Tampak Dalam) mesinnyapun sudah tidak ada

Menemukan Bukti Sejarah di dalam Gedung Pembangkit Listrik Pertama di Madura

Menemukan Bukti Sejarah di dalam Gedung Pembangkit Listrik Pertama di Madura

Tak hanya Pabrik Garam yang terbesar, di Kabupaten Sumenep tepatnya di Kalianget adalah yang pertama kali memiliki gedung pembangkit listrik. Pembangkit listrik yang pertama di Madura ini, mampu memasok semua wilayah Kalianget dan juga sampat ke Kota Sumenep. Jadi berbanggalah bagi warga Sumenep dan sekitarnya karena memiliki banyak sejarah yang masih ada sampai saat ini.

Benteng Fort Sumenep

Benteng Fort Sumenep - Madura

Benteng Fort Sumenep - Madura

Perjalanan dilanjutkan menuju ke Benteng Fort Sumenep yang ada di Sebelah barat dari PT. Garam (Persero), dan jarak tempuh ke sana memakan waktu sekitar 10-15 menit perjalanan motor. Benteng Fort Sumenep merupakan benteng pertahanan belanda dari musuh yang menyerang melalui muara yang ada di Kalianget.

Kerkhof Sumenep

Penemuan Makam Dirk Van Duyne di Kerkhof Sumenep

Penemuan Makam Dirk Van Duyne di Kerkhof Sumenep

Setiap tempat yang kita kunjungi hanya memakan waktu 30 menit saja, jadi perjalanan terakhir kami lanjutkan lagi. Rute perjalanan kami yang terakhir adalah menuju ke Kompleks pemakaman Belanda (Kerkhof). Nah di tempat ini merupakan tempat pemakaman bagi para orang-orang Balanda pada zaman itu, namun setelah sampai di sana.

Pemandangan aneh terlihat, kuburan yang ada di sana sudah banyak yang hancur dan tidak terawat. Bahkan ada yang sampe kelihatan tulang belulangnya, serta banyak peti di pemakaman yang sudah hilang semua. Ya itu mungkin akibat dari ulah oknum yang tidak bertanggung jawab dengan apa yang ada di sana.

Namun yang disesalkan adalah tidak adanya kepedulian pihak terkait untuk mengelola beberapa tempat yang telah dijelaskan di atas tersebut, sehingga terlihat kumuh, kusam, tidak bagus untuk dilihat, dan bahkan telah banyak yang rusak. Sebenarnya tempat tersebut bisa dijadikan sebagai tempat pariwisata layaknya di kota-kota lainnya. Ya sekali lagi karena pihak terkait tidak peduli dengan sumber kekayaan yang ada.

Kami pun semua kembali ke tempat masing-masing, dan para teman-teman blogger Madura tetap berkumpul di rumah Agung untuk beristirahat sejenak sebelum kembali pulang menuju daerah masing-masing. Terima kasih buat keluarga Agung, karena telah memberikan tempat untuk menginap dan makan selama tiga hari berada di Sumenep. Semoga lain kali bisa ke sana lagi. Aamiin. (^_^)

Tulisan Terkait:

Menikmati Hujan Turun di Bulan Oktober

image

Beberapa hari yang lalu ketika melakukan Touring (Perjalanan menggunakan sepeda motor) dari Pamekasan menuju ke Bangkalan, tiba-tiba langkah sepeda motorku harus berhenti sejenak. Kala itu sang mentari tidak sanggup untuk menyinari bumi. Awan gelap menutupi cahaya matahari, anginpun berhembus tak berarah.

Posisiku pada saat itu berada di desa Tanah Merah – Bangkalan. Hanya kurang dari 30 menit saja perjalananku akan sampai di Bangkalan kota. Namun tuhan berkata lain, rintik hujanpun satu-persatu turun ke permukaan bumi. Mengharuskan Sapi untuk menepi, beberapa saat kemudian hujan lebatpun menghampiri. Tak kuasa aku menjelajahi basahnya jalanan panjang yang berliku.

Gubuk tuapun menjadi saksi pemberhentianku saat itu, ditemani sahabat setiaku yang selalu menemaniku kemanapun aku pergi. Kuhampiri kursi yang terbuat dari bambu, hingga akhirnya aku duduki. Sembari melihat awan kelam jauh di atas sana, Sapi pun merasakan aroma khas tanah yang dibasahai oleh air hujan.

Sudah lama tak mencium aroma khas dari tanah ketika turun hujan, hingga akhirnyapun Sapi bisa merasakannya. Ingin kulanjutkan perjalanan dikala itu, namun entah tiada daya dan upaya. Sapi pun tak sanggup untuk melanjutkannya, derasnya air hujan harus membuatku terdiam. Karena pada saat itu Sapi belum memiliki kemampuan dan kesiapan untuk membelah air hujan. Selama tiga puluh menit Sapi harus menunggu, dan semua mulai mereda. Hingga akhirnya kulanjutkan perjalananku menuju ke Bangkalan Kota.

Itulah kisa Sapi mengenai pengalaman pertama di bulan Oktober ini merasakan aroma khas dari tanah yang disirami oleh sejuknya air hujan. Sapi berpesan kepada sobat blogger yang lain, apabila bepergian. Hendaknyalah membawa jas hujan atau pelindung tubuh lainnya oke!

Mengajari dan Menjaga si Kecil

Siang ini Sapi kedatangan salah satu ponakanku yang lucu, dia ke sini diantar oleh Mamanya. Sudah lama Sapi tidak bertemu dengan si kecil ini, mungkin sekitar satu bulan lebih. Dan beruntung Sapi bisa bercanda serta membahagiakannya mulai tadi.

Pas dia datang tadi, langsung menyuruhku untuk menyetel musik atau soundtrack dari game “Angry Birds“. Kesukaan si kecil memang musik dari Angry Birds. Sekarang aja dia masih disetelkan musik angry bird ya meskipun sedang tidur, karena saking ngefans dan sukanya dia ke Angry Birds. Akhirnya Ayahnya membelikan dia celengan berbentuk Angry Birds.

Seenggaknya dimulai dari apa yang dia suka terlebih dahulu untuk bisa mengajarkannya hal yang baik, salah satu contohnya adalah memberikannya celengan berbentuk Angry Birds. Si kecil sangat rajin menabung, setiap datang ke rumah pasti dia dibiasakan untuk menabung. Ya meskipun tidak banyak, hanya beberapa receh saja. Namun hal ini sangat bermanfaat bagi si kecil nantinya, aamiin.

image Baca lebih lanjut

Wisata ke Pulau Gili Iyang / Giliyang [Trip Hari 2]

Wisata ke Pulau Gili Iyang | Melanjutkan cerita sebelumnya yakni “Wisata Malam di Kota Sumenep – Madura [Trip Hari 1]“. Pagi hari (Sabtu, 12/10/2013) aku lanjutkan cerita ini. Tiba-tiba saja sudah disediakan Kopi dan snack oleh Ibu Agung, teman-teman pada saat itu langsung tersenyum sumringah melihat hidangan yang penuh dengan semangat itu. hehehe namanya aja gratisan, apalagi enak hidangannya apa gak sumringah semua.

Hari kedua ini ada agenda berwisata ke Pulau Gili Iyang atau orang-orang sering menyebutnya sebagai Pulau Giliyang, pulau ini memiliki kadar oksigen tertinggi di dunia. Jadi penduduk yang ada di Pulau Gili Iyang / Giliyang ini, rata-rata umurnya diatas 100 tahun. Subhanallah, sungguh besar kekuasaan Allah SWT.

Sebelum cerita tentang pulaunya dilanjutkan, akan sedikit bercerita kejadian pagi yang wow banget. Gimana tidak wow, pagi-pagi sudah disediakan kopi dan camilan. Setelah itu, sudah bersiap-siap si Nasi Pecel untuk dinikmati. hahaha 😀

Nasi Pecel Khas Kota Sumenep - Madura

Nasi Pecel Khas Kota Sumenep - Madura

Setelah selesai makan dan mandi, semuanya langsung berangkat ke Taman Adipura Kota Sumenep atau yang lebih dikenal dengan sebutan Taman Bung. Aku boncengan ama Raden, Wahyu boncengan ama Agung, dan Itsnain sendirian. Pada saat berada di Taman Bunga, kami menikmati wifi yang telah disediakan. Tapi karena aku masih memiliki paket data, ya aku menggunakan paket dataku sendiri. Bukannya sombong, tapi memang lebih enak sih. hehehe

Kami menunggu beberapa teman dari Songennep Tempo Doeloe untuk pergi ke Pelabuhan Dungkek, tempat menyeberang kita nantinya ke Pulau Gili Iyang / Giliyang. Beberapa saat kemudian, datang teman-teman dari Songennep Tempo Doeloe. Kita langsung berangkat menuju ke Pelabuhan desa Dungkek.

Sesampainya di sana, kami tidak lantas pergi begitu saja. Melainkan kami minta ijin terlebih dahulu kepada Klebun atau Kepala Desa Dungkek. Sebenarnya bisa saja kami langsung berangkat menuju ke Pulau Gili Iyang / Giliyang, tapi karena kami masih memiliki norma kesopanan. Jadi alangkah baiknya untuk berpamitan terlebih dahulu kepada Bapak Kepala Desa Dungkek.

Berpamitan kepada Kepala Desa Dungkek

Berpamitan kepada Kepala Desa Dungkek

Kami berangkat dari Pelabuhan Dungkek menuju ke Pulau Gili Iyang / Giliyang sekitar jam 12.00 WIB, beruntung ada kapal yang bisa membawa kami kesana. Perjalanan ditempuh kurang lebih sekitar 1jam, dalam perjalanan perasaan gak enak banget karena ombaknya yang lumayan tinggi membuat perahu seakan-akan mau berbalik.

Menuju ke Perahu

Menuju ke Perahu yang akan membawa kami ke Pulau Gili Iyang

Namun alhamdulillah hal itu tidak terjadi, salah satu teman kami menjadi korban keganasan dari ombak tersebut. Agung mabuk laut, dia sampai muntah-muntah diatas perahu. Sungguh kasihan melihat dia sengsara di atas perahu, mungkin kalau tidak cepat sampai ke daratan. Aku dan beberapa temanku paling akan bernasib sama dengan Agung, karena ada yang bilang kalo sudah tidak kuat lagi. Pada saat itu satu perahu diisi oleh sekitar 10 – 15 orang.

Suasana di dalam Perahu

Suasana di dalam Perahu

Pulau Gili Iyang

Setelah menempuh perjalanan laut dan terombang-ambing selama kurang lebih satu jam, akhirnya kami tiba di Pulau Gili Iyang atau Giliyang sekitar jam 13.00 WIB. Sungguh senang ketika bisa menginjakkan kaki di Pulau tersebut, rasa petualangankupun mulai tumbuh kembali. Dan semangat kembali powerfull, pokoknya pada saat itu yang ada dalam pikiran hanya berwisata di Pulau Gili Iyang / Giliyang. Tak ada kata lapar, adanya cuman haus.

Tiba di Pulau Gili Iyang

Tiba di Pulau Gili Iyang

Narsis dulu sebelum melanjutkan perjalanan

Narsis dulu sebelum melanjutkan perjalanan

Berjalan beberapa puluh meter menuju jalan beraspal (tapi tetap bebatuan semua isinya, karena jalannya sudah hancur), kami dijemput oleh yang namanya Odong-odong (kalo di Pulau Gili Iyang / Giliyang disebut Odong-odong, sedangkan di tempatku disebut Dorkas). Itu loh sepeda motor yang memiliki tiga roda (bukan bemo atau bajai).

Wisata ke Dalam Gua

Ada dua orang asli pulau sana yang menjadi Tour Guide kami selama berada di Pulau Gili Iyang / Giliyang. Tujuan pertama kami mennuju ke Gua, nama guanya sendiri lupa. hehe soalnya kurang jelas sih penjelasan dari Tour Guidenya selama berada di sana. Yang jelas nih gua di desa Bancamara. Gua ini memiliki sumber mata air tawar dari dalam tanah yang untuk mendapatkannya harus masuk ke dalam gua yang berjarak kurang lebih 150 meter.

Berada di pintu gua

Berada di pintu gua

Berada di dalam gua

Berada di dalam gua

Masuk lebih dalam

Masuk lebih dalam

Gak berani terlalu dalam

Gak berani terlalu dalam

Keterbatasan penglihatan menghalangi kami untuk masuk lebih dalam lagi, karena tidak ada penerangan samasekali di dalam gua. Akhirnya Raden berinisiatif untuk menggunakan Tab-nya agar bisa menerangi jalan kami ke dalam gua tersebut. Sebenarnya sih kalau ada obor atau lampu senter pasti bakalan lebih seru, namun lagi-lagi keterbatasan penerangan yang akhirnya membuat langkah kami harus terhenti dan kembali menuju jalan keluar.

Wisata ke Pusat Oksigen Tertinggi

Setelah lama menyusuri gua, dan perjalanan dilanjutkan ke sebuah tempat yang memang memiliki keunikan tersendiri. Apalagi kalo bukan pusat dari Oksigen tertinggi yang ada di Pulau Gili Iyang / Giliyang. Pulau tersebut memang dikenal dengan pulau yang memiliki kadar oksigen yang tertinggi di dunia.

Pusat oksigen kedua di Pulau Gili Iyang

Pusat oksigen kedua di Pulau Gili Iyang

Pusat oksigen tertinggi yang terletak di desa Bancamara ini, merupakan tempat yang kedua, karena pusat oksigen yang terbesar pertama ada di desa Banraas. Ya mau gimana lagi, pada saat berada di sana tidak diberitahukan oleh tour guide yang mengantarkan kami. Al-hasil hanya mengunjungi satu pusat saja.

Apa sih keunggulan dari Pusat Oksigen tersebut? Dan bagaimana rasanya ketika berada di sana? Jelas ya yang namanya oksigen tidak bisa langsung dirasakan keberadaannya pada saat itu, namun itu efeknya untuk jangka panjang. Salah satunya adalah penduduk di Pulau Gili Iyang / Giliyang rata-rata berumur 100 keatas ya (yang sepuh). Salah satunya saja di sana ada seorang kakek yang berumur hingga 125 tahun, itu kayaknya sudah rekor dunia ya.

Namun lucunya lagi, penduduk setempat belum menyadari hal itu. Ya mungkin karena di sana tempat tinggal mereka selama berpuluh-puluh tahun, jadi menurut mereka hal tersebut sudah biasa. Pada saat berada di sana, aku terkagum-kagum karena banyak sekali kakek-kakek dan nenek-nenek yang masih sehat, segar bugar, dan berjalan tuh masih fit banget.

Wisata ke Pantai Banraas

Perjalanan dilanjutkan ke sebuah pantai yang ada di desa Banraas, nama desa tersebut adalah pantai Banraas. Dari segi tempat ya, di sana pemandangannya sangat bagus. Mungkin bisa dikatakan sebagai tanah lotnya Madura, hehehe 🙂 Pantainya masih asri banget, dan mungkin bisa dikatakan jarang banget orang yang mandi di pantai tersebut.

Foto bareng di Pantai Banraas

Foto bareng di Pantai Banraas

Salah satu tebing di Pantai Banraas yang tidak terlalu curam

Salah satu tebing di Pantai Banraas yang tidak terlalu curam

Merasakan sejuknya udara pantai

Merasakan sejuknya udara pantai

Dan uniknya lagi, di sana pernah ada ikan paus yang terdampar satu tahun yang lalu. Kok bisa tau? Karena ada fosil tulang dari ikan paus yang sangat besar. Serta penjelasan dari tour guide dan warga sekitar yang memberitahukan bahwasanya pernah ada paus yang terdampar setahun yang lalu.

Fosil ikan paus

Fosil ikan paus

Beberapa jam kemudian karena pihak dari perahu sudah menghubungi, maka kami semua harus segera bergegas dan kembali menuju ke dermaga / lebih ke pantai sih, yang ada di desa Bancarama. Odong-odongpun dipacu dengan kecepatan tinggi, ya meskipun jalannya rusak tapi nekad banget dah, serasa naik Jet Coster. hahaha 😀

Sesampainya di bibir pantai, perahu yang akan kami tumpangi ternyata telah menunggu kami dengan sabarnya. Kami semua beranjak naik ke atas perahu, satu-persatu dari teman-teman blogger Madura dan Songennep Tempo Doeloe menuju ke tempat duduk masing-masing.

Menuju ke Perahu yang akan membawa kami kembali pulang

Menuju ke Perahu yang akan membawa kami kembali pulang

Naik ke atas perahu menggunakan tangga

Naik ke atas perahu menggunakan tangga

Perjalanan pulang lebih menyenangkan daripada perjalanan ketika berangkat, mungkin karena faktor ombak juga yang tidak sebesar pada saat berangkat. Jadi perjalanan pulang lebih menikmati suasana dan pemandangan matahari terbenam dari atas perahu. Sungguh indahnya pemandangan dikala sore itu.

Keindahan matahari terbenan dari Pulau Gili Iyang

Keindahan matahari terbenan dari Pulau Gili Iyang

Berada di atas Perahu, perjalanan pulang

Berada di atas Perahu, perjalanan pulang

Menikmati hembusan angin dan deburan ombak, serta pemandangan indah sore hari

Menikmati hembusan angin dan deburan ombak, serta pemandangan indah sore hari

Sesampainya di Pelabuhan Dungkek, kami mengambil motor masing-masing. Dengan membayar sejumlah uang kepada penjaga parkir disana, untuk 5 sepeda motor dihargai Rp. 40.ooo,- coba kita tidak menawar, pasti bapaknya tetap ngotot di harga Rp. 50.000,-

Perjalanan dari pelabuhan Dungkek menuju ke rumah Agung, sekitar 45 menit. Sampai di tempat kami menginap, kami langsung bersih-bersih diri dan tentunya shalat plus makan donk. Baru setelah semuanya selelai kami semua beristirahat dengan tenang. Eh maksudku istirahatnya tuh gak ada yang mengganggu, begitu. hehehe 😀

INFO dan TIPS:

  • Untuk biaya sewa 1 perahu adalah Rp. 350.000,- itu PP (Pulang Pergi), itupun kalau harga tidak naik. Yang paling penting adalah pintar dalam melakukan tawar menawar harga.
  • Untuk biaya sewa odong-odong atau dorkas adalah Rp. 100.000,- (Berkeliling Pulau), harga ini juga kalau tidak mengalami kenaikan.
  • Tanyakan tempat-tempat yang sudah SlameTux rekomendasikan, dan jangan lupa minta diantar ke Pusat Oksigen yang di desa Banraas dan Bancamara.
  • Ketika parkir motor di Pelabuhan Dungkek, pada saat mengambil mending tawar menawar harga.

Tulisan Terkait:

Wisata Malam di Kota Sumenep – Madura [Trip Hari 1]

Wisata Malam di Kota Sumenep – Madura, 11/10/2013. Rencana trip kali ini adalah mengunjungi beberapa tempat di kabupaten Sumenep. Perjalanan dimulai dari kabupaten Pamekasan jam 16.30 WIB, dan tiba di salah satu masjid di Sumenep tepatnya di daerah Nambakor yang bernama Masjid Baiturrahman sekitar jam 18.00 WIB.

Wisata malam  di  kota Sumenep Madura | Trip 1st day to Gili Iyang island | Pulau GiliyangKewajiban menunaikan ibadah shalat maghrib sudah terlaksana, tinggal menunggu adzan isya’ berkumandang. Tak lama berselang adzanpun terdengar, dan barulah melaksanakan shalat isya’ secara berjema’ah di masjid tersebut.

Selesai melaksanakan shalat isya’, aku menunggu kedatangan teman-teman yang lainnya (Wahyu dan Raden) menuju ke sini. Aku duduk dan menunggu mereka di depan masjid sembari melihat keramaian di timeline twitter.

Kemudian seorang bapak menghampiriku, akupun langsung bertanya “Pak ka’dimmah masjid Nambakor?” begitu tanyaku kepada bapak tersebut dengan menggunakan bahasa Madura halus. Bapak itupun langsung menjawab “Ning ka’dintoh Masjid Nambakor” jawab bapak tersebut.

Akupun mikir, padahal tulisannya sudah jelas itu masjid namanya bukan masjid Nambakor, melainkan masjid Baiturrahman. Dan bapak tersebut menjelaskan secara rinci dan detail bahwasanya nama masjid itu memang masjid Baiturrahman, tapi ini desanya Nambakor. Maka dari itu disebut masjid Nambakor, brandingnya lah lebih dikenal dengansebutan masjid Nambakor.

Beberapa saat kemudian, rombongan datang dan langsung menuju ke rumah Agung. Disana kami semua disambut oleh kedua orangtuanya dan langsung diberi berbagai macam hidangan, mulai dari gettas, krupuk ikan, dan minuman segar es cola.

Wisata malam  di  kota Sumenep Madura | Trip 1st day to Gili Iyang island | Pulau GiliyangBarang-barangpun diletakkan di dalam kamar yang telah disediakan oleh kedua orangtua dari Agung. Tidak terlalu lama berada di rumah Agung, karena masih ada janji dengan teman-teman dari Songennep Tempo Doeloe serta teman-teman yang lainnya di Koffee Kita. Letaknyapun tidak jauh dari rumah tempat kita menginap, kurang lebih perjalanan motor hanya memakan waktu 10 menit saja.

Koffee Kita merupakan tempat ketemuan dengan yang lainnya, kami semua ngobrol disana hingga larut malam. Pada saat itu kalo tidak salah sampe jam 00.00 WIB. Setelah puas mengobrol dan membicarakan serta menyepakati jalan-jalan ke Pulau Gili Iyang, akhirnya kami memutuskan untuk kembali. Kami semua berpamitan, dan kembali ke rumah masing-masing.

Wisata malam  di  kota Sumenep Madura | Trip 1st day to Gili Iyang island | Pulau GiliyangNamun sebelum kembali ke rumah kami menginap, kami masih sempat reportase di Taman Adipura Kota Sumenep atau yang lebih dikenal dengan sebutan Taman Bunga.

Wisata Malam di Kota Sumenep - Madura | Trip 1st day to Gili Iyang Island | Pulau GiliyangDisana kami masih melakukan beberapa pengambilan video, agar nantinya bisa dibuat dokumentasi. Dan tak lupa untuk mengabadikan pintu gerbang Masjid Agung Sumenep.

Wisata malam  di  kota Sumenep Madura | Trip 1st day to Gili Iyang island | Pulau Giliyang Dalam perjalanan pulang bertemu dengan Itsnain di Masjid Nambakor atau Masjid Baiturrahman, kami pun segera menuju ke tempat menginap dan kemudian langsung beristirahat, karena keesokannya kami harus bangun pagi untuk melanjutkan #LenjelenSumenep. Begitulah hastag yang kami gunakan di twitter agar mudah diketahui oleh orang lain.

Tulisan Terkait:

Sapi Mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Adha

Tak banyak kata yang bisa Sapi utarakan, yang sapi ingin sampaikan kepada teman-teman semuanya adalah “Bagi yang sudah mampu untuk Berkurban, silahkan berkurban. Janganlah di tunda-tunda, karena kematian datangnya bisa tiba-tiba.”

Selamat Hari Raya Idul Adha ya, semoga yang berkurban dan yang menerima daging kurban mendapatkan pahala dan manfaatnya. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamiin…

Sapi Madura mengucapkan Selamat Hari Raya Idul AdhaDo’akan sapi ya, semoga besok gak jadi dikurbankan! Soalnya daging sapi sudah berkurang gara-gata ikutan OCD. hahaha jadi gak cocok untuk dikurbankan. 😀

Kebohongan di Sosial Media

image
Sosial Media menjadi tempat strategis untuk promosi diri, mengenalkan diri, mencari teman, berjualan, dan terlebih juga bisa sebagai tempat untuk mencari pasangan. Berkembangnya sosial media berdampak besar bagi kehidupan sehari-hari, mulai dari bangun hingga tertidur lagi.

Apakah semua itu wajar? Ya mungkin untuk saat ini wajar-wajar saja ya, namun harus berhati-hati dalam berkutat di sosial media. Salah sedikit, maka akan bisa menjadi korban bullying. Selain itu banyak hal yang perlu diwaspadai, agar tidak terjebak ke permainan sosial media yang penuh kebohongan (dalam hal beberapa kasus di bawah ini).
Baca lebih lanjut

Pegang Galaxy Note II

Cerita ini bermula ketika membeli rujak di salah satu warga perumahan, pas sampai disana ternyata si ibu penjual rujak sudah siap dengan berbagai macam senjatanya. Mulai dari cowek ama ulekannya, pisau, dan juga piring plus sendok. Pada saat si ibu beraksi dengan senjatanya, tak sengaja melihat GALAXY Note II tergeletak sembarangan di kursi yang kutempati.

Alhasil kupegang tuh GalNote II di kedua tanganku. Namun pemirsah, rupanya si ibu penjual rujak sudah selesai membasmi semua timun, buah, dan cabe yang mengelilinya. Sebelum kulahap hasil jerih payah si ibu, mulailah merasakan sensasi dan nikmatnya rujak hasil karya sang maestro. Akan tetapi tak lupa ku foto terlebih dahulu. Seperti ini lah penampakannya:

image

Eh salah, untuk rujaknya lupa gak difoto. Melainkan fokus ama Galaxy Note II yang berwarna. Hahaha… Ternyata diriku kalah dengan anaknya si ibu penjual rujak yang sudah punya Galaxy Note II, sedangkan HPku ya masih bersenter.

Coba ya GalNote beneran, lah ini kepencet dikit langsung bunyi. Bunyinya mirip-mirip lagi, haduh kreatip bener dah yang bikin nih gejet. Hahaha 😀